Our Articles

Quarter Life Crisis? Tenang, Itu Wajar Kok!

04 Sep 2021

Halo, TOUCHEERS!

Pernah nggak sih kalian merasa khawatir soal masa depan? Takut akan masalah pekerjaan, pasangan, ataupun masalah finansial. Jika kalian merasakan hal tersebut dalam rentang umur 24-30 tahun, kemungkinan besar kalian sedang berada dalam fase quarter life crisis. Menurut Robbins dan Wilner (2001), fase quarter life crisis adalah fase di mana individu dihadapkan dengan berbagai tuntutan masyarakat. Tak hanya itu, terlalu banyak pilihan hidup juga membuat kita menjadi semakin bingung akan masa depan hingga akhirnya terjadilah kasus resign dari pekerjaan karena merasa tidak passion di dalamnya. Biasanya, individu yang sedang berada dalam fase ini akan mengalami perasaan gelisah, stres, cemas, hingga depresi.

Quarter life crisis sendiri terbagi dalam lima fase. Fase yang pertama, ialah fase dimana individu akan merasa terjebak dalam berbagai pilihan seperti pekerjaan, hubungan, atau keduanya. Fase kedua, individu mulai sadar bahwa dirinya harus keluar dari hal tersebut dan merasa bahwa jalan keluar akan selalu ada jika berani mengambil tindakan. Fase yang ketiga, individu mungkin akan berhenti dari pekerjaan, mengakhiri hubungan, atau melanggar komitmen yang membuatnya merasa terjebak. Kemudian individu akan melepaskan diri dan memasuki periode “time out” di mana individu mencoba untuk menemukan kembali siapa dirinya sebenarnya dan apa yang sebenarnya diinginkan. Fase keempat, individu memulai untuk membangun hidupnya secara perlahan namun pasti. Dan fase yang terakhir, individu berhasil membangun komitmen baru yang sesuai dengan passion dan aspirasi mereka.

Yap, sekilas memang fase quarter life crisis ini tampak mengerikan. Namun pada dasarnya fase ini wajar dialami oleh individu dalam rentang umur 24-30 tahun. Hal ini sejalan dengan teori psikososial Erikson yakni fase krisis identitas. Individu yang berada dalam fase ini berusaha mencari jati diri dan biasanya memiliki emosi yang tidak stabil. Oleh karena itu, cukup wajar jika individu dalam fase ini rentan terhadap rasa gelisah, cemas, dan stres. Namun, seiring berjalannya waktu, fase quarter life crisis ini akan berhenti dengan sendirinya. Terutama ketika individu sudah menemukan hakikat hidup sebenarnya. Bahkan, dengan adanya quarter life crisis ini kita dapat menemukan tujuan dan keinginan jalan hidup kita yang sebenarnya sehingga kita dapat lebih menikmati setiap episode kehidupan kita. 

 

Written by Rima Sukmawati

 

Referensi 

Allan, P. (2019, October 23). How to Overcome Your Quarter Life Crisis. Lifehacker. https://lifehacker.com/how-to-overcome-your-quarter-life-crisis-1782670670

Hung, Deny. (2021, January 8). 8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik Erikson. IDNTimes. https://www.idntimes.com/life/education/deny-hung/8-tahap-perkembangan-psikososial-menurut-erik-erikson-c1c2/1

Robbins, A., & Wilner, A. (2001). Quarterlife crisis: The unique challenges of life in your twenties. New York, NY: Penguin Putnam.